A G O R A

[VII]

Byungchan mengambil sepotong sosis pedas di atas piring milik Wooseok secara perlahan menggunakan garpu miliknya. Tingkahnya langsung membuat Sejin menepuk punggung tangannya sambil berdesis melotot.

“Byungchan!” gumamnya kesal.

Dengan sedikit menggembrak meja, Byungchan menunjuk Wooseok yang masih terdiam, tidak merespon sedikitpun tingkahnya barusan. “Kau lihat kan! Wooseok bahkan tidak sadar aku mengambil makanannya!”

Sejin menghela napas panjang, menatap Wooseok yang duduk di depan mereka. Sejak tadi, sejak mereka bertemu dengan Wooseok dan Yohan di depan dinning hall, Wooseok hanya terdiam tidak banyak bicara. Bahkan sekarang semakin parah, makanannya belum disentuh sedikitpun. Kedua piringnya masih utuh, baik makanan utama maupun kudapan penutupnya.

Wooseok dan pikirannya seperti tidak disana.

“Wooseok..”

Tangan Sejin menyentuh pelan lengan Wooseok sehingga membuat Wooseok mengerjap kaget dengan pandangan tidak fokus, “Ya?” tanyanya linglung sambil menatap Sejin dan Byungchan. “Kenapa?”

Byungchan berdecak pelan, meletakan kembali sendok yang sudah berada tepat di depan mulutnya, “Harusnya kita yang bertanya. Kau kenapa, Wooseok? Kau dan Yohan habis darimana, sih? Kenapa pulang-pulang malah seperti ini.”

Byungchan bertanya khawatir, dia tadi sempat bertanya pada Yohan, namun si kulit pucat itu hanya menggelengkan kepalanya dan berlalu begitu saja untuk bergabung dengan teman-teman half blood nya. Rasa curiganya semakin nyata sekarang, matanya menatap semakin lekat pada Wooseok, dan yang ditatap hanya mendesah pasrah.

“Nanti aku ceritakan, di kamar. Tidak disini” bisiknya. “Sejin juga, kau bisa ikut.”

Keduanya mengangguk setuju, “Makananmu sebaiknya dihabiskan dulu, aku tidak mau kau sakit, Wooseok.”

Wooseok mengangguk pelan, dan mulai memakannya dengan tidak selera. “Yuvin mana?” tanyanya kemudian setelah satu suapan berhasil ia telan susah payah, selera makanya sungguh sudah hilang.

Wooseok baru sadar si putra Hermes tidak makan malam bersama mereka.

“Makan dengan para werewolf, tuh!” jawab Sejin sambil menujuk ke belakang tubuh Wooseok menggunakan garpunya yang teracung. Wooseok berbalik penasaran, dan ia langsung bisa melihat sosok Yuvin sedang makan dengan Seungyoun dan teman-temannya tanpa terlihat sungkan.

Sungguh pandai sekali bergaul.

“Seungyoun, siswa tingkat dua, ya?”

Sejin mengangguk, netranya menatap Wooseok penasaran, “Kenapa? tumben sekali.” Wooseok mengangkat bahunya, tersenyum tipis membalas tatapan Sejin, “Tenang saja, aku tidak tertarik padanya, Sejin.”

Byungchan langsung menyikut lengan Sejin sambil mulutnya sibuk mengunyah makanan. “Kau tahu, selama setahun ini Wooseok tidak pernah menyukai seorang pun di Agora walaupun ratusan orang memujanya. Aku yakin itu, jadi kau tidak usah cemas werewolf mu itu direbut olehnya.” Lesung pipinya tampak samar saat dia meringis akibat Sejin menatapnya tajam, frontal sekali saudaranya ini.

“Lagipula Wooseok punya Eros di pihaknya, kisah cintanya pasti akan lancar.” tambahnya sambil menatap Wooseok, “Iyakan, Seok?”

“Entahlah.” balas Wooseok samar sambil tersenyum tipis, ia kembali mengaduk makanannya tidak semangat.

“Kenapa sih? dia menatapku ya, Sej?”

“Jangan terlalu percaya diri, Byungchan.”

“Tapi, daritadi dia melirik ke arah sini. Mimpi apa aku diperhatikan half blood seperti dia. Mengerikan bukan? ya walaupun tampan, sih.”

Wooseok menenggak habis minumnya, dan menggeser piring kudapannya ke depan Byungchan, “Untukmu, habiskan, ya.” katanya. Makanan utamannya sendiri masih tersisa dan ia tidak berniat untuk menghabiskannya sama sekali.

“Serius? Terimakasih, temanku.” Byungchan langsung mengambilnya, tidak ada kata kenyang untuk menampung semua makanan ini. Wooseok hanya mengangguk pelan, melihat Byungchan yang makan dengan lahap membuat perutnya terasa begah.

“Perut karet.” ledekan Sejin tidak diindahkan sama sekali. “Malu dilihat orang, tahu!”

“Tidak perduli.”

Wooseok terkekeh kecil, ia menyukai interaksi Byungchan dan Sejin yang seringkali bertengkar karena hal-hal kecil, namun ia juga tahu keduanya saling meyanyangi. Begitulah sebuah persaudaraan, Wooseok terkadang merasa iri karena dia hanyalah anak tunggal.

“Dia menatapku lagi, sialan! maunya apa sih? kalau mau mendekatiku ya datangi langsung ke sini.”

Wooseok mengerutkan keningnya mendengar gerutuan yang keluar dari bibir Byungchan, “Siapa?” tanyanya penasaran.

“Eunwoo, arah jam 4 darimu. Kau tahu dia kan? half blood tingkat dua.”

Wooseok terdiam mendengar nama Eunwoo. Kejadian tadi kembali terputar di pikirannya, sebaris kalimat yang diucapkan Eunwoo kembali terngiang jelas di telinganya. Tangannya tanpa sadar berpilin saling bertautan dan berkeringat di bawah meja.

Jinhyuk son of Hades.

Jinhyuk son of Hades.

Jinhyuk son of Hades.

Jinhyuk son of Hades.

Suara decitan kursi yang terdengar cukup nyaring menyita perhatian beberapa orang yang masih sibuk makan dan mengobrol, hingga menimbulkan suasana hening sesaat diantara mereka untuk mencari dari mana sumber suara tersebut.

Sekarang, puluhan pasang mata menatap penasaran ke arah putra Aphrodite, Byungchan dan Sejin tidak kalah heran melihat Wooseok yang berdiri secara mendadak, menarik perhatian mereka yang masih berada di dinning hall.

“Wooseok, kenapa?” tanya Byungchan langsung, dia mengedarkan pandangannya. Sekarang, mereka benar-benar menjadi pusat perhatian. Dia bahkan bisa melihat Yuvin yang bertanya melalui tatapan matanya.

“Aku.. ke kamar duluan.” bisik Wooseok sambil meremas ujung kaos hitamnya. Lalu tanpa melihat sekelilingnya, dia langsung berderap melangkahkan kakinya meninggalkan dinning hall. Mengabaikan puluhan pasang mata yang menatapnya penasaran dan kemudian sibuk berasumsi.

Yohan menghela napas dalam melihat punggung Wooseok yang meninggalkan dinning hall, netranya tanpa sengaja bersitatap dengan pandangan tajam milik Eunwoo. Dia buru-buru mengalihkan tatapannya kembali pada makanan di depannya sambil mengerang frustasi, impian kehidupan sekolahnya yang berjalan damai tidak akan sama lagi setelah ini.

Ini semua karena Jinhyuk yang bahkan Yohan tidak tahu bagaimana rupa si Prince of underworld itu sendiri.

Ditengah rasa frustasinya, tiba-tiba sudut mata Yohan menangkap satu orang yang secara perlahan keluar dari dinning hall,

Jinhyuk? Yohan masih familiar dengan punggung itu, punggung yang tadi mereka lihat menyelinap dari balik pohon. Punggung lebar yang dibalut jaket jeans berwarna hitam. Netranya menatap panik pada Eunwoo, bagaimana kalau Jinhyuk mau menemui Wooseok? apa Wooseok akan dalam bahaya?

Namun, sialnya Eunwoo seperti tidak menyadari tatapannya, dia sedang sibuk berbicara dengan teman-temannya.

Tanpa berpikir untuk menghabiskan makanannya, Yohan buru-buru berdiri dari duduknya, dan berjalan keluar dinning hal, tujuannya hanya satu, memastikan Wooseok baik-baik saja.

Tanpa ada yang menyadari, putra Zeus menatap dengan penuh perhatian, meruntut semua kejadian dari awal dengan tenang dan dia mengulas senyum sangat tipis ketika akhirnya Eunwoo ikut melangkahkan kaki meninggalkan dinning hall untuk menyusul Yohan.

Bibir Seungwoo berdecak samar, kemudian menandaskan minumnya. Netranya melirik pada Daniel yang duduk di sampingnya. Putra Poseidon itu sedang menikmati kudapannya dengan tenang, sesekali dia menimpali perkataan Sejeong tanpa minat.

“Kau tahu kalau Jinhyuk sudah kembali ke Agora?” tanyanya pelan. Memastikan Sejeong tidak mendengar obrolan mereka.

“Ya, aku tahu. Aku pernah melihatnya saat dia keluar dari ruangan Master Lee.”

“Menurutmu, ini akan menarik?”

Sambil mengangkat bahunya, Daniel menatap ke arah pintu yang terbuka lebar, menampilkan beberapa punggung yang berjalan keluar dari ruangan ini.

“Entahlah, kau tahu. Aku malas berurusan dengan dia lagi.”

Satu kekehan Seungwoo yang terdengar berat membuat Daniel menghembuskan napas dalam. “Kau saja, aku tidak mau membuang tenaga.”

“Lain kali akan aku pinjam trisula milik Ayahmu, Daniel.”

Daniel menggelengkan kepalanya, membalas tatapan Seungwoo sambil mengulas senyum miring, “Kookhoen, dia dan Pedang Ares lebih berguna untukmu.”