Februari, 2013

“Bangsat! Gue bingung banget sumpah, woo.”

Jinhyuk mengusap wajahnya dengan gusar sambil menatap sosok di depannya yang baru datang sambil memasang wajah tidak mengerti dengan perkataan Jinhyuk. Datang-datang sudah disambut dengan kata bangsat.

Mereka berdua janjian di salah satu tempat makan yang kebetulan tidak terlalu ramai di jam lima sore ini.

“Bingung kenapa? Lo kenapa Jinhyuk? tiba-tiba minta ketemu sama gue, tumben banget.”

Jinhyuk menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi dengan bahu yang terkulai lemas. Kekalutan jelas terlihat di wajah pria berusia dua puluh lima itu. Dia menghembuskan napas kasar sambil lagi-lagi mengusap wajahnya.

“Gue ngehamilin anak orang.”

“Sumpah? brengsek lo gak nanggung-nanggung emang ya, Lee Jinhyuk. Gimana bisa lo tiba-tiba ngajak gue ketemu terus bilang habis ngehamilin anak orang. Gak ada berita yang lebih bagus dikit apa.” nada terkejut jelas terselip di awal kalimatnya.

Jinhyuk meneggakkan duduknya kembali dan menatap serius pada sosok di depannya.

“Sorry, tapi gue beneran gatau harus cerita ke siapa. Gue langsung kepikiran sama lo, cuma lo yang bisa gue percaya, Seungwoo.”

Seungwoo menyandarkan punggungnya dan menghela napas panjang, “Ya udah mau gimana lagi, lo tinggal tanggung jawab atas kelakuan lo, hyuk. Masalah kelar.”

“Maksud lo, gue harus nikahin dia? gila aja, gue juga baru ketemu sekali, woo. Gue bahkan gak kenal sama dia, dimana rumahnya, siapa emak bapaknya.” Jinhyuk memijat keningnya terlihat frustasi, “..ditambah gue juga punya pacar.”

Kali ini Seungwoo benar-benar tidak bisa menahan untuk tidak berdecak keras sambil tangannya memukul meja saat mendengar perkataan bodoh dari temannya itu, “Goblok beneran, goblok.” serunya tidak habis pikir.

“Sumpah lo temen gue paling bego, hyuk. Terus kenapa lo gak pake pengaman kalau lo mau ONS? emang lo penebar benih apa, sembarangan banget.” Seungwoo menggelengkan kepalanya dengan kening mengernyit.

“Dan lo punya pacar tapi bisa-bisanya ya kayak gitu sama yang lain, emang dasar brengsek. Lo gak mikir jauh, darimana lo tahu kalau orang itu bersih?” ujarnya semakin geram, “Sejak kapan lo tahu dia hamil?”

Mendengar rutukan Seungwoo dan pertanyaan bertubi-tubi untuknya, Jinhyuk hanya mendecih pelan sambil diam-diam ikut merutuki dirinya sendiri yang sudah ceroboh.

Dia pikir kelakuannya tidak akan berakibat sampai sejauh ini, oh ayolah kemungkinannya sangat kecil karena mereka hanya melakukannya sekali. Apalagi beberapa minggu ini tidak ada telepon apapun, dan Jinhyuk menganggap semuanya hanya angin lalu, kesenangan sesaat. Aman.

Dulu memang Jinhyuk pernah memberikan nomornya pada Wooseok, padahal kalau dipikir itu bukan kebiasaan Jinhyuk sekali yang gampang memberikan nomor ponselnya.

Tapi, entah mengapa kali itu Jinhyuk benar-benar memberikan nomornya, untuk berjaga-jaga, katanya.

Halah, berjaga-jaga sialan. Kepalanya benar-benar terasa akan pecah saat tadi pagi dia baru bangun tidur mendapati nomor asing yang menelpon dan memberitahu kabar yang membuatnya berhasil jatuh dari tempat tidur.

Jinhyuk kemudian memasang wajah serius lagi dan menumpu kedua tangannya di atas meja, menatap Seungwoo yang masih memasang wajah 'gak habis pikir gue sama lo'

“Gue juga baru tahu tadi pagi, woo. Dia nelpon gue dan minta ketemu. Dia bersih.. karena baru pertama kali. Lo besok sibuk gak? temenin gue ketemu dia. Gue gatau anjir harus gimana besok.”

Seungwoo hanya bisa kehabisan kata menghadapi tingkah Jinhyuk. Dia mendengus kasar, “Cupu lo, giliran kayak gini aja minta gue temenin. Tapi, serius, hyuk. Lo bakal tanggung jawab kan?”

Sambil mengacak rambutnya, Jinhyuk mengangkat bahu, “Udalah nanti biar gue pikirin lagi. Yang penting ketemu dulu sama anaknya.”

Dan keesokan harinya Jinhyuk tidak menduga dia akan mendapatkan bogem mentah bertubi-tubi di kedua rahangnya begitu dia memasuki sebuah cafe tempat mereka janjian untuk bertemu.

Tubuh Jinhyuk terhuyung keras hingga pinggangnya menabrak meja. Seungwoo seperti orang kesetanan tidak memikirkan dimana sekarang mereka berada. Bahkan keduanya sudah menjadi tontonan gratis bagi pengunjung cafe yang lainnya, tidak lupa beberapa jeritan tertahan yang juga bisa terdengar saat Seungwoo berkali-kali menghajar Jinhyuk.

“Bang... udah bang! Lo bisa bikin dia mati.”

Seungwoo seakan menulikan telinga ketika mendengar suara Seungyoun yang mengingatkannya.

Siang ini dia dibuat kaget saat melihat Wooseok dan Seungyoun berada di cafe yang sama dengannya yang sedang menunggu Jinhyuk. Saat ditanya sedang apa, adiknya itu hanya bilang sedang menunggu seseorang dan Seungyoun menemaninya.

Otak Seungwoo langsung bisa memproses dengan cepat ketika Wooseok menatap Jinhyuk yang baru memasuki cafe. Detik itu, hal yang tidak pernah sedikitpun terpikirkan oleh Seungwoo benar-benar terjadi.

Jinhyuk mengajaknya bertemu Wooseok dan Wooseok disana sedang menunggu Jinhyuk.

Darah segar bisa terlihat jelas mengalir dari kedua sudut bibir Jinhyuk serta tulang pipinya yang memerah “hasil karya” tangan Seungwoo.

Diantara kebingungannya Jinhyuk mencoba membalas dan kepalan tangannya berhasil mengenai rahang kanan Seungwoo.

Namun, Jinhyuk langsung mengerang ketika punggungnya membentur lantai dengan keras ketika Seungwoo mendorongnya.

“Bangun lo, anjing!”

Demi Tuhan, untuk pertama kalinya Jinhyuk melihat wajah Seungwoo yang mengeras dan menatapnya sangat tajam dengan napas memburu. Kedua tangannya dengan kuat mencengkram kerah kemeja Jinhyuk.

Jinhyuk bahkan bisa mendengar Seungwoo yang menggertakkan gigi dengan penuh amarah sebelum berbicara.

“Gue gak perduli lo mau brengsek kayak gimana pun. Tapi, jangan sama adek gue, bangsat!”

Sekali lagi, Seungwoo melepaskan tinjunya ke rahang Jinhyuk hingga membuat telinga Jinhyuk berdengung keras dan kepalanya yang terasa berputar.

Dengan susah payah sambil mengusap darah di ujung bibirnya dan merintih kesakitan, Jinhyuk menatap tidak percaya pada sosok mungil yang sedang berdiri kaku sambil menutup mulutnya dan menatap ke arah mereka berdua yang masih terduduk di lantai.

“W-Wooseok.. adek lo?”

Wooseok masih terdiam dengan wajah kaget melihat kejadian barusan saat Seungwoo menghajar Jinhyuk habis-habisan, tubuhnya sedikit terhuyung di dalam rangkulan Seungyoun yang mencoba menenangkannya.