plus one
Wooseok menggaruk pipinya setelah ia menyanyikan salah satu lagu. Wajah serta telinganya terlihat memerah menahan malu bercampur lega, selesai juga lagunya.
Suara tepuk tangan terdengar bergemuruh diantara orang-orang yang datang, yang berkeliling di depan panggung kecil yang digunakan untuk tempat hiburan, tempat musik yang dari tadi mengalun di acara pernikahan ini, juga diantara kedua pengantin yang tersenyum lebar bahkan salah satunya mengacungkan kedua jempol tampak senang melihat temannya ikut andil dalam acara pentingnya ini.
Tebakannya pasti Cho Seungyoun yang sudah menunjuk-nunjuknya tadi dan bersekongkol dengan teman-teman mereka yang lain agar Wooseok maju ke depan.
Tidak pernah berpikir sekalipun kalau tadi ia akan diseret dan mendadak dikasih mic seperti ini. Beruntung sampai akhir tidak ada lirik yang salah, Wooseok meringis kalau hal tersebut benar-benar terjadi sebaiknya salahkan Seungyoun saja.
Diantara semua orang itu ada Lee Jinhyuk yang berdiri tidak terlalu dekat dengan panggung bertepuk tangan paling kencang, paling semangat dengan senyum kelewat lebar dan wajah penuh kagum.
Baru kali ini dia melihat Wooseok tampil bernyanyi.
Tidak menunggu lama, Wooseok memilih turun sambil menangkup pipinya yang memerah, lalu menunduk dan berjalan ke arah Jinhyuk yang membuka tangannya sambil masih tersenyum lebar.
Seperti sudah seharusnya, seperti dipersilahkan dengan bebas Wooseok langsung menyembunyikan wajahnya di dada Jinhyuk, melingkarkan tangannya di pinggang pemuda jangkung itu dengan erat sambil bergumam pelan, “Aku malu banget, hyuk..”
Jinhyuk tergelak, mengusap puncak kepala Wooseok dengan lembut tanpa menghiraukan tatapan orang-orang yang mengekori Wooseok hingga kini berada di pelukannya, “Suara Wooseok bagus dan tadi itu keren banget.” bisik Jinhyuk tepat di samping kepalanya yang masih belum mengangkat wajah.
Yang dipuji semakin mengerut di pelukannya membuat Jinhyuk kembali mengulas senyum lebar dan menepuk-nepuk bahunya, kemudian dia memegang pundak Wooseok untuk memberi jarak, menatap wajahnya yang benar-benar memerah dilihat dari dekat, “Nggak apa-apa?” tanyanya lembut.
Wooseok mengangguk kecil “Merah banget?” ia bertanya yang langsung dijawab oleh Jinhyuk sambil menunjuk pipinya, “Di sini.”
“Aku semalu itu, hyuk.” katanya sambil melihat ke sekeliling, “Banyak juga yang bukan temen SMA ku ini sih nggak pada kenal.” ujarnya tertahan.
“Bagus kok, nggak usah malu. Kapan lagi aku lihat kamu tampil kayak tadi.”
“Beneran?” ia menatap langsung ke wajah Jinhyuk untuk mencari jawaban, semoga beneran nggak bikin malu deh, batinnya.
“Beneran...” sekarang ditangkupnya kedua pipi Wooseok untuk meyakinkan dan menghiburnya, “Kalau aku bilang bagus, berarti bagus dan semua orang juga tepuk tangan loh buat kamu tadi.”
Senyum Jinhyuk berhasil membuat Wooseok tertawa sebelum Jinhyuk melepaskan tangan dari wajahnya.
“Aku ambil minum dulu, tunggu di sini.”
Jinhyuk beranjak dari sana dan Wooseok kembali menatap ke arah panggung kecil tersebut saat kali ini mic diambil alih oleh penyanyi yang sesungguhnya.
Langkah kaki itu dengan mudah menemukan meja jamuan di sudut ruangan, lengkap dengan berbagai makanan manis juga gelas-gelas minuman yang terisi.
Acaranya memang cukup megah, sudah jelas kalau teman Wooseok yang ini berasal dari keluarga terpandang saat dari tadi sore yang Jinhyuk lihat adalah orang-orang berpenampilan penting yang datang.
Sapaan dari sampingnya membuat Jinhyuk menoleh, Cho Seungyoun, teman Wooseok yang dia kenal sejak pertama kali datang ke acara reuni SMA Wooseok beberapa bulan lalu.
Acara pertama juga pertemuan pertamanya dengan Wooseok.
“Gimana? jam segini masih di sini. Mau tetep balik kalian?” tanya Seungyoun, tangannya mengambil satu buah cupcakes dan langsung memakannya.
“Belum tanya Wooseok lagi.”
“Wooseok bilang sih tadi nggak katanya, mau langsung pulang pas gue ajak.”
Kening Jinhyuk mengerut, sudah tahu seperti ini kenapa masih tanya pendapatnya, “Ya berarti nggak kalau Wooseok bilangnya begitu, Seungyoun. Gue juga nggak masalah kalau harus nyetir.” penjelasan Jinhyuk barusan membuat Seungyoun membulatkan mulutnya yang masih sibuk mengunyah.
Sepertinya hubungan mereka memang murni bagaimana kehendak Wooseok saja dan Jinhyuk yang hanya akan menurut. Ah, mungkin memang begitu cara kerjanya? pikir Seungyoun.
Jinhyuk kemudian berdiri di samping Seungyoun sambil tangannya memegang gelas untuk Wooseok, belum berniat beranjak dari sana karena dilihatnya Wooseok juga sedang mengobrol dengan teman-temannya.
“Itu Daniel, yang pakai kemeja hitam.”
Seungyoun kembali membuka pembicaraan sambil dagunya menunjuk orang di depan Wooseok, “Mantannya.” lanjutnya lagi yang berhasil membuat Jinhyuk menajamkan penglihatan.
“Gue baru lihat.” ujar Jinhyuk.
“Tentu saja, waktu reuni dulu dia nggak datang. Terkenal super sibuk orangnya, kaget juga gue tiba-tiba lihat dia di sini.”
Kepala Seungyoun meneleng untuk memperhatikan Jinhyuk, “Bisa dibilang, sebagian besar masa SMA Wooseok dulu adalah tentang dia. Baru putus setelah mereka kuliah dan beda kampus.”
Sebelum berbicara lagi, dia sedikit bergeser mendekat ke arah Jinhyuk yang masih meluruskan pandangannya pada Wooseok di tengah ruangan sana, “Gue denger, putusnya karena Daniel ketahuan jalan sama temen kampusnya.”
Entah apa tujuan Seungyoun memberikan info yang tidak pernah diketahui oleh Jinhyuk begini atau mungkin tidak harus diketahuinya karena Wooseok tidak pernah bercerita apa pun.
Hanya saja bagi seorang Cho Seungyoun, melihat bagaimana Wooseok berjalan ke arah Jinhyuk tadi dan langsung masuk ke pelukannnya tanpa ragu, juga berbagai tingkah mereka yang berperan sebagai sepasang kekasih membuatnya menggelengkan kepala tidak habis pikir.
Rasanya permainan mereka terlalu sempurna untuk dilihat atau memang sesungguhnya ada hal lain yang memang menjadi alasan?
Mungkin hanya mereka yang tahu, Seungyoun hanya mampu menebak-nebak.
Setelahnya, pemuda itu justru tersenyum tipis kemudian beranjak begitu saja dari sana untuk menghampiri pacarnya yang baru masuk ke dalam ruangan lagi setelah tadi keluar untuk menerima telepon.
Meninggalkan begitu saja sosok Jinhyuk yang tidak lama langsung menghela napas panjang sebelum berjalan menghampiri Wooseok dengan yakin.
Ada wajah yang dibuat sebiasa mungkin, ada sedikit senyum yang dipaksa ditarik lewat kedua sudut bibirnya saat Wooseok menatap sosok di depannya saat ini.
Sedikit tidak menyangka kalau Kang Daniel ikut bergabung dalam obrolan yang sedang dilakukan teman-temannya. Dia berbicara seputar kabar karena sudah cukup lama mereka tidak bertemu sejak hubungan keduanya berakhir bertahun-tahun lalu.
“Sayang...”
Tidak lama Wooseok cukup terkesiap saat sebuah tangan melingkar di pinggangnya tiba-tiba secara posesif, disusul gelas yang diberikan kepadanya lengkap dengan senyum lembut yang ditampilkan oleh Jinhyuk.
“Terimakasih..” ucapnya pelan menerima gelas tersebut, ia membalas senyum Jinhyuk tanpa ragu dan terlihat begitu lega akan kedatangannya. Bagian sisi tubuhnya bahkan dengan nyaman langsung bersandar pada Jinhyuk sejalan dengan pelukan di pinggangnya yang mengerat.
Rasanya terasa aman, ada Jinhyuk di sisinya, begini jauh lebih baik.
Yang lain berdehem canggung melihat tingkah Jinhyuk yang seperti menunjukan kepemilikannya terhadap Wooseok, begitu pun sebaliknya.
Kumudian Jinhyuk tanpa sungkan ikut berbasa basi dalam obrolan mereka, bahkan dia berkenalan dengan Daniel yang lebih dulu mengulurkan tangan kepadanya dan memperkenalkan diri.
Tidak pernah salah, Jinhyuk memang yang paling bisa menempatkan diri, yang paling membuat Wooseok merasa berkali-kali beruntung datang dengan sosoknya sebagai pelengkap.
Karena beginilah Lee Jinhyuk di setiap acara, dia adalah seorang kekasih yang sangat sempurna. Selalu tersenyum lembut, bersikap teramat manis dan memperlakukan Wooseok dengan penuh sayang dan perhatian. Membuat hampir semua orang berdecak dan berkata padanya, beruntung sekali menjadi seorang Kim Wooseok.
“Mau pulang sekarang?”
Saat teman-teman Wooseok sudah pergi meninggalkan mereka Jinhyuk akhirnya bertanya. Cukup lama mereka terjebak dalam obrolan tersebut. Dia jelas melihat Wooseok yang tampak sudah lelah, “Iya pulang aja. Udah malam, hyuk.” katanya yang langsung disetujui oleh Jinhyuk.
Melihat jam saat ini, tentu saja bisa diperkirakan mereka sampai rumah pasti tengah malam nanti.
“Ya sudah, ayo pulang.”
Wooseok menyambut uluran tangan Jinhyuk, memeluk lengannya sambil beranjak dari sana menuju ke area parkir. Sempat berpamitan sebentar pada Seungyoun yang kebetulan mereka temui saat akan keluar ruangan.
“Sudah ngantuk, ya?”
Suara Jinhyuk memecah sunyi diantara mereka. Saat ini kepala Wooseok bertumpu pada lengannya sambil berjalan, yang ditanya bergumam kecil sedikit merajuk tanda iya membuat Jinhyuk kembali menaruh tangannya di atas kepala Wooseok untuk mengusak dan terkekeh.
“Jinhyuk?”
“Hmm?”
Suasana menuju parkiran yang berada di ujung dari gedung pernikahan tadi memang cukup sepi, mereka hanya melewati taman yang terdapat lampu-lampu gantung di sepanjang jalan, tampak tidak terlalu terang dan menimbulkan suasana hangat yang romantis, mungkin sengaja memang disetting seperti ini untuk acara pernikahan yang sedang berlangsung.
“Nggak apa-apa pulang? nggak apa-apa harus nyetir malam-malam?”
“Nggak apa-apa, Wooseok. Aku janji anterin sampai rumah kamu dengan aman.” jawab Jinhyuk sungguh-sungguh membuat Wooseok menatapnya dari samping dan tersenyum sambil mengeratkan pelukannya di lengan Jinhyuk, “Makasih, hyuk.” bisiknya.
“Daniel itu mantan kamu?”
Lee Jinhyuk sedikit melewati batas, dia sadar namun tidak bisa menahan pertanyaannya. Begitu saja yang terpikir olehnya daritadi hingga langsung dilisankan tanpa banyak pertimbangan saat ini.
Langkah kaki Wooseok malah memelan dan Jinhyuk harus menyesuaikannya. Satu langkah lebar miliknya menjadi begitu pendek dan diayun pelan.
“Iya.” jawab Wooseok, “Dia mau nikah tahun depan tadi sekalian ngasih tau aku.”
“Kamu nggak apa-apa?”
Kali ini Jinhyuk berhenti berjalan, dia ingin menatap wajah Wooseok dan mencari tahu karena sejak tadi mereka mengobrol dengan Daniel sikap Wooseok sedikit berbeda.
“Kamu berharap aku galau mikirin dia mau nikah?” kening Wooseok mengerut menatap Jinhyuk yang memasang wajah khawatir.
Tidak. Hanya takut memang seperti itu.
Namun, kemudian pemuda itu justru terkekeh tampak geli dan membantah saat yang ditanya tidak menjawab apa-apa.
“Nggak sama sekali, hyuk. Dia mantan aku udah lama banget, udah nggak ada apa-apa. Perasaanku sama dia udah mati.” jelas Wooseok.
“Tapi kamu kayak beda.”
“Aku cuma kesel aja kenapa ketemu dia di sini. Agak gak nyangka.” Wooseok berkata lalu mengangkat bahunya, bibirnya mencebik ke bawah, “Dulu kita putusnya nggak baik-baik soalnya, jadi gitu deh. Males.” akunya yang membuat Jinhyuk menghela napas.
Dia jelas tahu arti tidak baik-baik saja yang tadi disinggung oleh Seungyoun. Jadi memang benar seperti itu.
“Kamu deserved yang lebih baik, Wooseok.”
Perkataan Jinhyuk bagai harapan yang entah mengapa membuat hati Wooseok menghangat karenanya, ia seperti bisa meraskan kesungguhan dari apa yang diucap pria tersebut.
Netranya masih betah berlama-lama menatap Jinhyuk yang barusan berkata dengan wajah serius sambil menatapnya selembut tadi seperti saat mereka di dalam.
“Iya, doain aja nanti ada orang yang beneran sayang sama aku.”
“Pasti ada, Wooseok. Orang seperti kamu sangat mudah untuk disayangi.” balas Jinhyuk tanpa ragu, tanpa perlu melewatkan banyak waktu untuk kembali membuka mulut.
“Seperti aku gimana?”
Wooseok bertanya sambil kembali melangkah pelan dan Lee Jinhyuk di sampingnya berjalan sambil memasukan kedua tangannya di saku celana. Pelukan di tangannya sudah terbebas saat tadi Jinhyuk menghentikan langkah.
Di pandangan Wooseok kali ini terlihat Jinhyuk sedikit menerawang menatap langit malam yang hanya ada satu dua bintang terlihat samar.
Ia sedang menaruh seluruh perhatiannya pada yang belum menjawab, dan tanpa sadar kepalanya sedikit berisik saat Jinhyuk yang kali ini kembali memalingkan wajah padanya mengulas senyum tipis yang membingkai di wajah tampannya yang hanya terkena cahaya dari lampu yang tergantung di sekitar mereka.
“Seperti Wooseok, yang cuma Wooseok.” bisiknya tepat saat dia menunduk dan mensejajarkan dirinya dengan wajah Wooseok yang terpaku karena terlalu kaget.
Hingga kemudian ujung telunjuk Lee Jinhyuk mampir di puncak hidungnya dan ada tawa dalam yang berderai masuk ke pendengaran Wooseok dengan sangat jelas, “Yang begini, siapa yang bakal nggak sayang coba.”
terimakasih sudah baca^^
boleh kalau mampir chat ke https://curiouscat.live/xxxxweishin dan ini kalau jajanin sender https://trakteer.id/xxxweishin