[XVI]

“I, Lee Jinhyuk, take you, Kim Wooseok to be my best friend and my husband.

I pledge to you my love, my life and my future in the name of the God.

I promise to be faithful and to always make our family's love and happiness my priority.

On good times and in bad, when life seems easy and when it seems hard. I give you my hand and my heart, as a sanctuary of warmth and peace.

I wanna grow old with you and we will share a lifetime of ethernal, immeasurable love.

You are my love and my life, today and always.”


Hari ini terasa sangat indah, demi Tuhan. Hari ini adalah salah satu dari hari terbaik dalam dua puluh enam tahun hidup seorang Kim Wooseok. Dari mulai ia membuka mata hingga detik ini, perasaannya menguarkan kebahagiaan yang tidak pernah surut.

Hari ini, Wooseok resmi menikah, resmi dipersunting, resmi menjadi milik pria bernama Lee Jinhyuk, suaminya.

Rasanya setiap detail di hari ini akan Wooseok ingat terus. Seperti bagaimana saat Wooseok menerima pujian dari orang-orang disekitar (dan para tamu) untuk penampilannya, sehingga membuatnya tersipu malu sambil mengucap terimakasih dengan lirih.

Wooseok juga mengingat jelas bagaimana respon kedua orangtuanya saat pertama kali mereka masuk ke kamarnya. Menatap anak tunggal mereka yang beberapa jam lagi akan mereka lepaskan, akan mereka percayakan kepada orang lain dengan pandangan yang sulit diartikan.

Sang Mama yang partama kali menitikan air mata haru dan Papa yang terus berucap tidak percaya sambil bergerak untuk memeluknya dengan sayang membuat Wooseok akhirnya menangis.

Lalu, ketika tanpa Wooseok duga, Ibu dan Ayah Mas Jinhyuk mengunjunginya, berbicara sejenak bermaksud menenangkan karena kata beliau, Mas Jinhyuk sendiri tampak gugup di ruangannya. Wooseok tentu saja sangat bersyukur dengan segala perhatian dari Ibu dan Ayah Mas Jinhyuk untuknya.

Hingga setiap detail degup jantungnya ketika ia akhirnya berjalan di aisle dengan didampingi kedua orangtuanya dan saat pandangannya bertemu dengan Jinhyuk untuk pertama kali... Wooseok mengingatnya, sangat jelas.

Wooseok melihat dengan jelas senyum simpul Mas Jinhyuk yang sudah menunggunya, Wooseok melihat jelas bagaimana Mas Jinhyuk mengusap ujung matanya sendiri dan terlihat menahan tangis, dan Wooseok melihat jelas binar bahagia dari kedua bola mata Mas Jinhyuk saat akhirnya mereka berdiri berhadapan.

Detik itu, Wooseok sudah benar-benar tidak tahu jelas bagaimana perasaannya, terlalu banyak perasaan yang berkecamuk di dadanya, gugup, bahagia, lega dan semuanya seakan bergumul menjadi satu. Tangannya bahkan terasa dingin dan mati rasa.

Satu yang pasti, detik itu Wooseok bilang pada Tuhan melalui hati kecilnya kalau ia begitu mencintai.. Lee Jinhyuk.

Wooseok pun mengingat tatapan sungguh-sungguh saat Jinhyuk mengucap the vow, dia mengakhiri dengan senyum hangat hingga menunggu giliran Wooseok yang berbicara.

Mereka bertukar cincin, saling menatap dengan sama-sama mengulas senyum terbaiknya. Memejamkan mata sejenak untuk berdoa. Hingga akhirnya ketika officiant mengumumkan kalau mereka sudah resmi menikah, beban dipundak Wooseok maupun Jinhyuk terasa perlahan terangkat...

Ini nyata, mereka akhirnya menikah.

Ciuman tadi, ciuman pertama mereka di depan orang-orang terdekat yang menghadiri wedding ceremony terasa sangat tulus, lembut dan penuh perasaan yang bergejolak di dada mereka masing-masing.

Wooseok akan bersemu ketika mengingatnya kembali.


Capek, kalau boleh jujur Jinhyuk akan berkata seperti itu ketika ada yang bertanya. Namun, semuanya.. semua capek karena harus melalui hari yang panjang ini terbayar dengan melihat senyuman bahagia di wajah Wooseok yang sejak tadi sore hingga malam seperti ini masih diulas dengan dibarengi binar di kedua mata indahnya.

Jinhyuk sangat bersyukur acaranya berjalan dengan lancar, mulai dari wedding ceremony yang mendebarkan, yang membuat emosinya tidak karuan apalagi ketika melihat Wooseok untuk pertama kalinya, berjalan di aisle diapit kedua orangtuanya.

Indah, Kim Wooseok tampak sangat indah dengan setelan putihnya dan perlahan berjalan ke arahnya. Jinhyuk tidak bisa menyembunyikan perasaan harunya hingga setitik air mata berhasil jatuh di sudut matanya.

Ia, Lee Jinhyuk benar-benar akan menikahi kekasih yang belum lama dipacarinya, namun apalah arti waktu bila dirinya sudah begitu yakin akan hari ini, akan keputusannya.

Dan begitu ia resmi menikahi kekasih terindahnya, di depan semua yang menghadiri wedding ceremony mereka, Jinhyuk seakan ingin mengucap dengan lantang kalau ia menjadi manusia paling bahagia hari ini.

Ratusan-mungkin ribuan- ucapan selamat bisa Jinhyuk dengar seharian ini, dengan penuh terimakasih ia dan Wooseok membalas sambil mengulas senyum tulus, mengaminkan setiap doa yang diucapkan untuk pernikahan mereka kedepannya.

Setelah melewati sesi foto yang panjang kemudian dijeda istirahat sebentar sambil mengganti pakaian. Jinhyuk mengganti suit hitamnya dengan warna navy dan Wooseok tetap memakai pakaian berwarna sama seperti tadi, putih.

Acara kemudian dilanjutkan dengan sesi makan malam dan wedding speeches.

Beberapa orang mendapatkan kesempatan untuk berbicara sebelum Jinhyuk.

Pertama adalah Papa yang intinya berterimakasih kepada yang sudah datang, yang sudah membantu hingga acara pernikahan anak-anak mereka bisa terlaksana dengan lancar, juga tidak lupa memberikan wejangan-wejangan untuk Jinhyuk dan Wooseok.

Satu kakak sepupu Jinhyuk yang berperan sebagai Best Man juga turut berbicara, mengucap selamat paling tulus untuk keduanya, mengenalkan bagaimana sosok Jinhyuk di mata keluarganya kepada keluarga Wooseok (dan yang hadir).

Terakhir, satu temannya sebagai Groomsmen. Setelah tadi siang berdiskusi dan sibuk saling menunjuk satu sama lain, akhirnya Seungwoo yang terpilih untuk berbicara. Dia menceritakan bagaimana dirinya mengenal baik sosok Jinhyuk sejak mereka kuliah dan dia juga bercerita bagaimana dan setulus apa Jinhyuk menyayangi Wooseok menurut pandangan teman-teman terdekatnya.

Jinhyuk tidak bisa menahan senyumnya kala itu, ia mendapati Wooseok yang meremas tangannya, membuat Jinhyuk menatap tangan mereka yang saling bertautan di atas meja.

“Mas Jinhyuk bucin juga ternyata.”

Wooseok berbisik sambil tersenyum senang yang membuat Jinhyuk langsung meloloskan tawa pelan, dia membawa tangan Wooseok untuk dikecupnya dengan lembut serta pandangannya yang sedikitpun tidak lepas dari kedua bola mata Wooseok.

Lagi, Jinhyuk bisa melihat semburat merah di kedua pipi Wooseok yang membuatnya tampak lucu.

Setelah sepupu dan teman Wooseok juga memberika speech singkatnya. Jinhyuk berdehem sebentar sebelum berdiri, gilirannya yang terakhir.

Seperti Papa, Jinhyuk juga mengucap terimakasih kepada yang sudah datang, terutama yang dari luar kota, teman-temanya, teman-teman Wooseok, keluarga serta kerabat mereka semuanya.

Jinhyuk berterimakasih kepada kedua orangtua Wooseok dan orangtuanya yang entah mau seperti apapun rasanya ucapan terimakasih tidak akan pernah cukup untuk membalas mereka yang sudah membesarkannya hingga saat ini.

Selain itu, Jinhyuk banyak berterimakasih kepada orang-orang yang sudah membantu mereka dalam menyiapkan pernikahan ini, yang sudah bersedia direpotkan olehnya dan Wooseok. Orang-orang dibalik layar yang dia tahu, tanpa mereka pernikahannya dan Wooseok tidak akan berjalan seperti ini.

Terakhir, Jinhyuk terdiam sebentar membuat semua orang yang memberinya fokus menjadi penasaran, menunggu apa kiranya yang sedang dipikirkan pria yang tampak begitu tampan dengan penampilannya malam ini.

Lee Jinhyuk kemudian memandang Wooseok yang duduk di kursinya, dengan tenang ia berjalan perlahan hingga berdiri tepat di depan meja Wooseok.

Wooseok mendadak gugup, apa yang akan dilakukan oleh Mas Jinhyuk nya? ia memilih meremas tisu yang sedang dipegangnya.

“Kak..” bisik Jinhyuk pelan tanpa mic, hanya Wooseok yang bisa mendengar.

“Tidak lengkap rasanya kalau Mas tidak berterimakasih pada kamu.” kata Jinhyuk, kali ini ia menggunakan mic nya kembali membuat semua yang hadir bisa mendengar suaranya dengan jelas.

Menatap Wooseok dengan senyum hingga ke matanya, Jinhyuk kembali berbicara.

“Terimakasih Kim Wooseok sayang, seperti yang kita semua tahu, hari ini tidak akan pernah terjadi tanpa kamu..”

“Today is only the beginning of the rest of our life together... sometimes it still has me in shock, just thinking about how lucky I am to be able to wake up knowing that I have you in my life.”

Wooseok menggigit bibir bawahnya saat melihat Jinhyuk yang berjalan memutari meja untuk mendekat ke arahnya, dia berdiri tepat di samping kursinya.

Tangan Wooseok yang berada di atas meja digenggam lembut oleh satu tangan Jinhyuk yang bebas, diusap pelan menggunakan ibu jarinya. Jinhyuk harus sedikit menunduk karena posisi Wooseok yang sedang duduk dan Wooseok yang harus mengangkat wajahnya agar bisa menatap Jinhyuk.

Beberapa orang menjerit tertahan melihat perlakuan-manis-Jinhyuk, tatapan Jinhyuk yang penuh cinta seakan bisa mereka lihat dengan jelas, tanpa ditutupi sedikitpun mereka tahu tatapan itu hanya dan untuk Wooseok, suaminya. Setiap orang seakan mengucap betapa beruntungnya menjadi Kim Wooseok.

Wooseok pun sama, ia yang notabennya diperlakukan secara langsung oleh Jinhyuk, hatinya sudah berantakan.

“Thank you for being here, for being beautiful, for taking a chance on me and thank you for loving me the way that you do.”

Dengan nada paling lembut Jinhyuk berbicara, dengan pandangan paling hangat Jinhyuk menatap, dengan senyum paling tulus Jinhyuk mengulas, dan dengan sungguh-sungguh Jinhyuk menutup kata.

Kemudian, Jinhyuk semakin menunduk untuk mengecup dalam dahi Wooseok. Ia memejamkan matanya dengan hati yang berbisik lirih.

Thanks, God. He's officially mine.