[XVII]
“3...... 2....... 1!!!!”
Hitungan mundur yang diucapkan oleh MC lalu diikuti dengan surakan oleh orang-orang yang hadir terdengar memenuhi ruangan.
Gelak tawa dan tepuk tangan langsung terdengar ketika seseorang berhasil menangkap bouquet bunga yang baru saja dilemparkan oleh Wooseok.
Tanpa menunggu lama Wooseok langsung berbalik untuk melihat siapa gerangan yang mendapatkannya, itu pacar Sakura. Sehun, pria tampan dan tinggi yang berpakaian rapi menggunakan batik itu tertawa hingga matanya menyipit sambil memegang bouquet bunga dan dengan gentle langsung memberikan hasil tangkapannya pada sang kekasih yang tersenyum malu sambil menutup wajah cantiknya.
Berbagai ledekan mulai terdengar riuh, teman-teman Wooseok semasa kuliah memang tahu kalau Sakura dan Sehun sudah berpacaran cukup lama.
“Sakura tahun depan nyusul Ushin nih kayaknya.”
Wooseok tertawa senang melihatnya, melihat Sakura yang tersenyum malu-malu dalam rangkulan Sehun yang menanggapi ocehan teman-teman mereka dengan kalem.
“Eh..”
Tawa Wooseok terhenti karena kaget, ia menoleh cepat ketika merasakan kecupan di pipi kanannya. Suaminya, jujur Wooseok masih merasa malu untuk menyebut Mas Jinhyuk suami secara langsung, Mas Jinhyuk tampak tersenyum tanpa rasa bersalah walaupun sudah mencuri. Mencuri kecupan di pipinya yang sekarang tampak merona lagi, entah sudah berapa puluh kali Jinhyuk melihatnya seharian ini.
Hari ini, pipi Wooseok benar-benar dipenuhi rona bahagia, rona kemerahan yang tampak malu-malu. Cantik, indah dan lucu sekaligus.
“Ketawanya bahagia banget.” kata Jinhyuk.
“Lucu lihat mereka. Dulu pas di kampus sering disebut visual couple ternyata awet sampai sekarang.”
“Lama juga ya.” Mendengar respon Jinhyuk, Wooseok mengangguk ringan.
Takdir itu terkadang memang tidak bisa ditebak. Seperti melihat temannya yang hingga sekarang belum menikah padahal sudah lama berpacaran dan dirinya sendiri yang hanya butuh kurang dari lima bulan berpacaran sebelum memutuskan untuk menikah. Mereka tadi siang saja masih terheran kok bisa Wooseok yang lebih dulu memecah telor, orang yang tidak disangka-sangka.
Setelah bouquet toss, selanjutnya adalah party time! menikmati keseruan, kebersamaan mereka semua, bercengkrama lagi dengan teman lama atau mungkin dengan kerabat yang hanya sesekali berkujung bila ada acara keluarga saja.
Waktunya bersenang-senang!
Menari dan bernyanyi mengikuti alunan lagu dibuka oleh first dance yang diiringi lagu Everything dari Michael Bublé.
Acaranya dilakukan di dalam ruangan-tepat disamping tempat wedding ceremony tadi-, namun beberapa orang masih terlihat berbincang di kursi luar, kebanyakan para orangtua. Sedangkan para kaum milenial berkumpul disini, berbaur menjadi satu.
Lalu mendadak Seungwoo bernyanyi dan berduet dengan wedding singer, Mbak Wendy. Semua orang seakan terhanyut dengan indahnya suara mereka. Sebuah lagu berjudul Best Part dari Daniel Caesar mengalun indah terdengar mengisi keseluruh ruangan.
You don't know, babe When you hold me And kiss me slowly It’s the sweetest thing
Wooseok sedikit berjengit ketika merasakan sebuah pelukan dari belakangnya, ada tangan Jinhyuk yang melingkari pinggangnya dan menautkan kedua tangannya sendiri di depan perut Wooseok.
Wooseok tersenyum kecil tanpa berucap apa-apa. Tubuh jangkung Jinhyuk bergerak pelan menikmati irama lagu, membuatnya yang berada di dalam dekapan Jinhyuk ikut bergerak bersama.
Tangan Wooseok mengelus tangan Jinhyuk dengan pelan. Seperti mendapatkan izin, Wooseok bisa merasakan pelukan Jinhyuk yang mengerat.
Dengan nyaman Wooseok menyandarkan punggungnya pada tubuh Jinhyuk, pipi kiri Jinhyuk bersentuhan dengan kepala sisi kanan Wooseok. Saling menempel tanpa jarak membuat Wooseok bisa merasakan hembusan napas hangat Jinhyuk.
Satu kecupan di pelipisnya membuat Wooseok kembali menarik kedua sudut bibirnya dengan perasaan senang.
“Capek, hmm?”
Wooseok menggelengkan kepalanya, “Seneng.” balasnya pelan.
“Lega.” tambah Jinhyuk membuat Wooseok mengangguk.
Jinhyuk rasa Seungwoo benar saat tadi sebelum bernyanyi dia berkata kalau Wooseok adalah best part untuknya. Seperti lagu yang sedang mereka dengar, begitulah arti Wooseok.
Mereka tampak asik menikmati alunan lagu dan tangan Wooseok juga masih mengelus tangan Jinhyuk yang berada di perutnya.
“You're my best part.”
“Mas Jinhyuk lagi nyanyi? kok nadanya datar?”
Tubuh Jinhyuk masih bergerak pelan mengikuti irama, ia terkekeh sesaat sebelum menjawab, “Enggak. Mas lagi ngomong, ke kamu.” bisiknya.
“You're my best part, kak.” ulangnya lebih jelas sambil mengecup kembali pelipis Wooseok dengan sayang.
Wooseok membalas dengan menggumam pelan. Kepalanya sedikit menoleh ke arah samping untuk melihat wajah Jinhyuk. Namun, karena susah ia memilih untuk membalikkan badannya saja agar lebih leluasa juga menatap wajah tampan Mas Jinhyuk nya. Puas-puasin ngebucin.
“Wangi...” bisik Wooseok menggantung.
“Apanya?”
Jinhyuk bertanya sambil mengerutkan kening tidak mengerti, walaupun Wooseok sudah berbalik, pelukannya tidak dilepaskan sama sekali.
I just wanna see I just wanna see how beautiful you are You know that I see it
Netranya menatap lamat-lamat paras Wooseok yang mengangkat wajah untuk menatapnya. Jinhyuk menatap teduh kedua mata Wooseok yang memakai contact lens serta masih ada riasan disana walaupun tipis, cantik.
Satu tangan Wooseok perlahan terangkat untuk mengusap lembut pipi Jinhyuk, ia tersenyum sebelum melanjutkan kata.
“Mas Jinhyuk nya... wangi.”
Jinhyuk terdiam sesat sebelum tertawa mendengar jawaban Wooseok. “Wangi soalnya kan pakai parfume, kak.” balasnya santai.
Telunjuk Jinhyuk menjawil gemas hidung Wooseok yang sekarang sedikit memajukkan bibir mungilnya, kesal malah ditertawakan.
Bukan wangi itu maksudnya, wangi yang wangi. Wooseok juga tidak tahu harus menjelaskannya bagaimana. Sudahlah, intinya Mas Jinhyuk paling wangi, sedunia. No debat.
“Jangan manyun, katanya lagi senang.”
“Huhu habisnya nyebelin!”
“Siapa?”
“Kamu!”
“Ouch!”
Tangan Wooseok mampir untuk menepuk dada Jinhyuk. Semakin menyebalkan saat Jinhyuk sengaja mengaduh lebay dengan suara cukup keras hingga membuat beberapa orang menatap ke arah mereka.
Sialnya kemudian para manusia yang menoleh hanya bisa menggigit jari melihat pasangan baru itu. YANG UDAH HALAL MAH BEBAS, inner mereka semua.
Jinhyuk dan Wooseok tampak tidak terganggu dengan sekitar, masih asik berdua seakan hanya ada mereka di ruangan itu.
Wooseok yang sibuk merajuk dan Jinhyuk yang terkekeh seakan menikmati setiap rengekan manja yang keluar dari bilah bibir mungil Wooseok.
Ditambah posisi mereka yang masih belum berubah, Jinhyuk masih memeluk Wooseok, melingkarkan tangannya di pinggang Wooseok dengan penuh klaim. Tangan Wooseok sendiri bertumpu di dada bidang Jinhyuk.
Sesekali bahkan terlihat Jinhyuk yang menciumi pipi Wooseok.. oh mungkin juga bibirnya.
Mau meninggal saja melihatnya. Tidak kuat.
The big day is gonna ends.
Waktu terasa cepat berlalu ketika kita menikmatinya, rasanya hal itu benar. Karena saat ini waktu sudah menujukkan hampir pukul sebelas malam.
Baik Jinhyuk maupun Wooseok serta semuanya sejak tadi terlihat bersenang-senang, tertawa bahagia, saling menari serta penuh hal-hal kekonyolan yang terjadi tanpa tahu malu. Menari seakan mereka adalah sebuah boy group kenamaan, atau menari seakan mereka sedang di sebuah club malam dan masih banyak lagi. Gila, tapi seru.
Teman-teman Jinhyuk tanpa canggung berbaur dengan teman-teman kuliah Wooseok, bahkan terlihat Seungwoo yang sedang bersama salah satu temannya tampak asik mengobrol, dasar buaya.
Anak-anak Indoseptember juga tampak asik ikut menikmatinya. Para sepupu Wooseok maupun Jinhyuk ikut andil. Melihat semuanya tampak berbahagia di hari pentingnya, hal itu membuat hati Wooseok berkali-kali menghangat.
Wooseok mengedarkan pangandanganya ke seluruh penjuru ruangan, tidak seramai tadi karena beberapa orang sudah pulang. Namun, Wooseok bisa melihat Papa dan Mama yang sibuk mengobrol dengan yang lain.
Para orangtua seakan tidak terganggu dengan tingkah para anak muda ini, lucunya tadi bahkan kedua orangtua mereka ditarik untuk ikut menari yang langsung ditolak mentah-mentah. Jinhyuk bahkan sampai memeluk Ibu dan menahannya sambil tertawa.
Wooseok lalu mengalihkan tatapannya untuk menatap Jinhyuk yang sedang menertawakan tingkah konyol salah satu sepupunya yang menari layakya sobat ambyar. Gila, beneran semakin malam semakin tidak terkendali.
Tidak lama kemudian Mbak Wendy menyebutkan kalau sekarang waktunya last dance, semuanya terdengar mengeluh protes, masih mau bersenang-senang.
Baik Wooseok maupun Jinhyuk hanya tertawa. Mau bagaimana lagi, sudah sesuai rundown, acaranya hanya sampai pukul sebelas malam, lebih sedikit mungkin karena segala hal tak terduga.
Jangan bayangkan bagaimana tadi saat mereka melakukan first dance, tentu saja kacau.
Beberapa kali Jinhyuk menginjak kaki Wooseok tidak sengaja hingga membuat Wooseok merajuk kesal dan Jinhyuk yang berucap maaf berkali-kali. Dimana orang yang belajar menari hanya beberapa menit saja untuk first dance mereka? hanya Jinhyuk dan Wooseok mungkin.
Sudahlah Jinhyuk tadi hanya pasrah sambil menahan malu dilihat semua orang apalagi saat melihat teman-teman kurang ajarnya yang menatap malu seakan mereka tidak mengenal dirinya. Tapi tidak apa-apa, toh jatuhnya mereka hanya bersenang-senang.
Lupakan yang tadi, mari kita berpegang teguh pada prinsip save the best for last.
Jinhyuk membawa tangannya untuk memegang kedua sisi pinggang ramping Wooseok. Dan Wooseok sendiri mulai mengalungkan kedua lengannya di leher Jinhyuk saat nada pertama mulai terdengar menyapa gendang telinga mereka.
Jinhyuk mengingat, pertama langkahkan kaki kiri ke depan disusul oleh kaki kanan agar sejajar. Kedua, rapatkan kaki kanan ke arah kaki kiri agar bersentuhan. Ketiga, langkahkan kaki kanan ke belakang disusul dengan kaki kiri agar kembali sejajar. Keempat, rapatkan kaki kiri ke arah kaki kanan hingga bersentuhan lagi. Lakukan secara berulang hingga seperti menggambar sebuah kotak menggunakan kaki-
“Aw!”
Belum selesai otaknya berpikir sudah terdengar suara Wooseok yang kembali kakinya tidak sengaja terinjak.
“Mas Jinhyuk!”
“Maaf, sayang.” menyerah, walaupun sederhana tapi Jinhyuk tidak pandai mengikutinya. Sudahlah. Ribet sekali ternyata.
“Suka-suka Mas saja ya, kak.” ucap Jinhyuk sekenanya. Bodoamat, yang penting langkahnya bergerak menuntun Wooseok.
Walaupun cemberut, Wooseok tetap mengangguk mengiyakan. Terserah Mas Jinhyuk sajalah, ia hanya akan mengikuti langkahnya. Daripada kakinya bengkak! Paling hanya bergerak pelan ke kanan dan ke kiri sesekali mungkin maju dan mundur tanpa pola pasti.
Wooseok bergumam tidak jelas saat tangan Jinhyuk yang awalnya hanya memegang kedua sisi pinggangnya berubah menjadi memeluk dengan sempurna hingga jarak mereka semakin terkikis.
Memeluk pinggang kecil Wooseok masih terasa sangat longgar untuk lingkaran tangan panjang Jinhyuk.
Jinhyuk menyesuaikan langkah dengan irama musik yang diputar, rasanya dia mau sungkem sama yang sudah memilih lagu ini. Ini mudah untuk diikuti, lebih tepatnya sama band disini yang membuat temponya menjadi lebih lambat.
Perlahan bibir cemberut Wooseok mulai kembali lurus dan sedetik kemudian melengkung indah saat Jinhyuk berbisik padanya dengan pandangan yang tidak lepas sedikitpun, saling menatap.
“Kak Ushin kayak judul lagu ini.”
“Gombal.” balas Wooseok, pandangannya dibuat menghindar dari tatapan Jinhyuk yang menatapnya dalam. Wajahnya kembali bersemu menampilkan rona.
Kaki mereka masih bergerak ringan.
“Serius, sayang.”
Wooseok mengangkat bahunya salah tingkah, ia lebih memilih menatap ke balik punggung Jinhyuk, menatap temannya yang juga sedang menari bersama mereka.
“Kak..” panggilan Jinhyuk membuat perhatian Wooseok kembali menatapnya. Tangan Jinhyuk merapikan rambut Wooseok yang sedikit berantakan, mungkin terlalu asik saat tadi menari.
Sialan! senyum Mas Jinhyuk membuatnya lemah. Apa-apaan maksudnya! Mas Jinhyuk mau membuat dia meleleh seperti es krim disini? iya?!!!! Huhuhu
So as long as I live I love you Will have and hold you You look so beautiful in white
“Hmm.”
Wooseok bergumam, tangannya tanpa sadar semakin memeluk leher Jinhyuk untuk berpegangan. Tubuh bagian depan mereka sudah tidak berjarak.
Wajah Wooseok mendongak agar bertatapan dengan Jinhyuk. Tidak bisa berbohong kedua matanya berbinar, ia teramat sangat bahagia hari ini.
Perlahan satu tangan Jinhyuk bergerak menuju tengkuk Wooseok lalu berhenti untuk menangkup pipi yang sudah kembali bersemu itu. Mengelusnya lembut dengan hati-hati.
Jinhyuk menunduk, menyatukan kening mereka hingga puncak hidungnya menyentuh puncak hidung Wooseok. Napas hangat langsung terasa menerpa wajah masing-masing.
Tanpa kata, keduanya mempertahankan posisi seperti itu dengan senyum yang sama-sama terukir indah di kedua paras mereka.
Walaupun tanpa berbicara dan hanya saling melemparkan senyuman, mereka seakan bisa merasakan apa yang tersirat.
Langkah kaki Jinhyuk terasa semakin lambat hingga membuat tubuh mereka hanya terayun pelan seperti terbawa angin.
And from now to my very last breath This day I'll cherish You look so beautiful in white Tonight
“Beautiful in White.” bisik Jinhyuk menyebutkan judul lagunya, “Kayak kamu, malam ini.”
“Uhm, Thanks.”
Wooseok bisa merasakan jantungnya yang berdegup semakin menggila saat tangan Jinhyuk kembali ke tengkuknya.
Hingga akhirnya Jinhyuk memiringkan wajah, memberinya ciuman yang teramat lembut. Wooseok sedikit berjinjit untuk mempersempit jarak dengan mengeratkan pelukannya di leher Jinhyuk. Jinhyuk membantu, ia menunduk dan semakin mengeratkan pelukannya di pinggang Wooseok.
Tidak ada lagi gerakan kaki yang berayun pelan, mereka hanya terdiam ditengah-tengah yang lainnya, menikmati hari terbaik mereka yang akan segera berkahir.
I found the one and My life had found its missing piece
Hingga akhirnya lagu berhenti, secara perlahan Jinhyuk baru melepaskan ciumannya. Mereka langsung maraup oksigen sebanyak-banyaknya. Kaki Wooseok benar-benar lemas hingga ia harus berpegangan di pundak Jinhyuk.
Tanpa berniat melebarkan jarak terlebih dahulu, dengan lembut Jinhyuk mengusap bibir Wooseok yang memerah dan basah menggunakan ibu jarinya. “Rasa cherry.” bisik Jinhyuk lalu mengecupnya lagi, hanya beberapa detik.
Wooseok memandang lurus pada mata Jinhyuk yang masih menundukkan wajah untuk menatapnya sambil tersenyum, “Sayang Mas Jinhyuk banyak-banyak.” bisiknya lirih.
“I love you, kak.”
Wooseok mengerjapkan matanya lucu, lalu menggigit bibir bawahnya, secepat mungkin ia menyembunyikan wajahnya yang memerah di dada Jinhyuk, “I love you, too, Mas Jinhyuk.” cicitnya membuat Jinhyuk tertawa renyah dan mencium puncak kepalanya.
“Sabar bos, masih banyak orang nih.”
Terdengar samar-samar suara Hangyul yang bisa Wooseok dengar. Malu.
Lee Jinhyuk, I give myself to you to be your husband and your best friend.
You're the love of my life and you make me happier than I could have ever imagined and more loved than I ever thought was possible.
You make me unbelievably proud and I promise that I'll make you proud as your husband.
I promise to give you love, honesty, trust and commitment, and, in general, keep your life interesting as we grow old together.
On good days or bad days, rain or shine I promise to put all my effort into strengthening our marriage.
I'll love you forever and I'm so lucky you're mine.